Senin, 10 Agustus 2015

Hambatan Membangun dan Mengembangkan Usaha

Hambatan Membangun dan Mengembangkan Usaha
Dalam rencana memulai membangun suatu usaha baru banyak ditemukan suatu keraguan, khususnya bagi pengusaha pemula dan banyak juga ditemukan bagi pengusaha yang sudah eksis.

Keraguan yang timbul dalam membangun atau mengembangkan usaha oleh beberapa pengusaha, hal ini disebabkan oleh :

a. Trauma
Hambatan yang timbul bagi pengusaha berpengalaman yang membangun usaha secara otodidak adalah trauma yang timbul akibat pernah mengalami hambatan-hambatan yang cukup berat, walaupun usahanya saat ini cukup berhasil. Sehingga banyak sekali terlihat kurang berkembangnya usaha mereka. Mereka mengatakan “kami ingin sekali memperluas usaha atau membangun usaha baru, tetapi tidak ingin terulang pengalaman pahit yang pernah kami alami, banyak gagalnya dari pada suksesnya “ selanjutnya” memperluas usaha atau bangun baru sangat penting bagi kami ibarat bermain bola, jika kita bertahan saja pasti sewaktu-waktu akan ke goal lan juga!”

b. Tidak tahu cara memulai dan mengembangkan usaha (Bingung).
Dari hasil survey saya pada beberapa orang dari golongan paling bawah, seperti : pembatu rumah tangga, office boy, pengangguran background SMA ke bawah, golongan menengah, hingga level manager yang belum mempunyai usaha sendiri. Saya menanyakan 2 pertanyaa “maukah anda mempunyai usaha sendiri?” semua mengatakan “mau pak” saya tanyakan lagi “kenapa anda tidak memulainya?” ada dua jawaban yang paling banyak timbul, pertama “tidak tahu caranya”, kedua “tidak punya modal”.

Begitu juga kepada pengusaha mikro dan kecil yang sudah cukup lama beroperasi. Satu pertanyaan yang saya ajukan “ kenapa tidak dikembangkan usahanya pak?”. Jawaban mereka sama sepserti diatas tidak tahu caranya atau tidak punya modal. Ada juga yang menjawab “emangnya gampang mengembangkan usaha?”

Tetapi setelah saya memberikan penjelasan dan arah bagaimana cara mendapatkan / mencari peluang usaha dan memprediksi kelayakan rencana usahanya. Hal ini sangat mengurangi keraguannya dan sekaligus meningkatkan motivasi untuk membangun dan mengembangkan usahanya, serta sekaligus membuka pola pikir mereka. Lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh studi kasus dibawah ini.

Usaha Las Listrik “Salah Pilih Lokasi”
Pada saat saya membuat rak besi ke bengkel las listrik, saya bercakap dengan pengusaha las listrik tersebut, sambil melihat anak buanya mengerjakan rak pesanan saya. Singkat kata pengusaha tersebut mengeluhkan karena minimnya order dari awal ia buka usaha ini.
“sepi banget order saya” katanya kepada saya. 
“wah bapak salah pilih lokasi disini kali !”
“Emangnya lokasi disini kenapa? Inikan jalan raya ramai lalulintas, dimana lagi?”
“Produk Utama Bapak ini apa?” kata saya 
Membuat pagar dan tralis rumah yang merupakan pekerjaan utama, sedangkan buat rak dan perbaikan itu pekerjaan sampingan.” Katanya.

“Wah! Benarkah salah pilih lokasi. Disinikan perumahan sudah tua dan tidak ada yang bangun rumah baru lagi, sehingga yang memesan produk bapak hanya untuk perbaikan saja. Itukan jumlahnya sedikit” saya lanjutkan.

“Seharusnya lokasi usaha dekat dengan perumahan yang sedang berkembang, kalau bisa cari perumahan yang cukup besar yang akan dikembangkan. Sehingga umur usaha bapak cukup panjang”

“jadi saya harus pindah lokasi!, kontrak tempat ini masih lama habisnya.”

“Ini namanya kesalahan dari awal, inilah akibat bangun usaha secara otodidak”.

“Tapi engga usah kuatir, ada caranya. Tapi bapak harus kerja ekstra.

“Bapak pakai sistim jemput boal. Siapkan gambar-gambar contoh pagar dan tralis yang lengkap, kartu nama, kalau bisa brosur/poster. Sebarkan disana atau bapak kerja sama dengan pengelola perumahan tersebut. Jangan lupa harga produknya tetap dapat bersaing”.

“Trimakasih banget sarannya, orang seperti bapak in iyang diperlukan pengusaha seperti kami. Tapi bagaimana caranya bisa ketemu bapak lagi?” katanya.

“Nanti kalau saya buat rak besi lagi?”

1 bulan kemudian saya datang lagi untuk memperbaiki kendaraan saya. Kemudian ia mendekati saya, ia mengatakan “sekarang order saya lumayan, trimakasih sarannya kemari” saya hanya mengangguk. Lalu ia berkata “yang ini tidak usah bayar,gratis!” katanya sambil salam dan saya pamit.

Tidak ada komentar:
Write komentar